Sabtu, 13 Agustus 2011

Sumba Timur dan Kain Tenun Ikat

Pertama kali landing di bandara Umbu Mehang Kunda, Waingapu, terasa ada yang beda pada landas pacu bandara ini. Landas pacunya agak bergelombang. Lumayan memberi sensasi ketegangan tersendiri. Turun dari pesawat kita langsung disambut warga yang menonton adegan pesawat landing. Bandaranya memang berbeda dengan bandara di Jakarta yang areanya steril dan butuh ijin khusus untuk bisa menyaksikan pesawat yang mondar-mandir. Warga bisa dengan mudah menyaksikan pesawat yang datang dan pergi karena landas pacu hanya dibatasi pagar baja BRC setinggi satu-setengah meter.

Keluar dari ruang pesawat langsung terasa hawa panas Sumba Timur. Sepertinya matahari ada sembilan disini. Para penumpang berduyun-duyun menuju terminal kedatangan. Terminal kedatangan langsung penuh sesak oleh penumpang pesawat yang hendak meng tidak hanya dihuni oleh penumpang saja, tapi ada juga penjemput dan travel agent yang sudah bersiap membantu mengangkut barang keluarga atu tamunya. ambil bagasi. Ruang baggage claim yang tidak terlalu besar itu pun menjadi pengap. Di kejauhan tampak para petugas sedang menurunkan barang dari pesawat. Namun tidak tampak satupun kendaraan penarik kereta angkut bagasi. Ternyata kereta-kereta itu didorong saja oleh petugas. Sistem yang efisien, hehehe. Conveyor hanya ada satu, langsung dikerumuni penumpang. Jumlah trolley pun terbatas. Apabila barang yang dibawa jumlahnya banyak atau besar bisa meminta bantuan kepada porter.


BANDARA UMBU MEHANG KUNDA, WAINGAPU
WARGA MENYAKSIKAN PESAWAT LANDING
MELIHAT PESAWAT

Lepas dari bandara menuju ibukota Sumba Timur, yaitu Waingapu. Perjalanannya tidak lama, sekitar 15 menit saja. Kota yang kecil ramah. Tidak ada kemacetan seperti di Jakarta. Pengendara tidak perlu stress karena jalanan macet. Tetapi pengendara mobil harus siap dikejutkan oleh pengendara motor yang ngebut. Mungkin karena jalanan tidak macet sehingga pengendara motor menjadi leluasa untuk memacu motornya. Beberapa orang kadang jadi sembrono. Makanya setiap sore Polisi disebar di tiap persimpangan. Waingapu agak ramai pada sore hingga petang sebab warga banyak yang keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan atau belanja makanan.

Tidak ada mall di Waingapu. Pusat perbelanjaan bagi warga hanyalah berupa pasar tradisional dan toko-toko yang tersebar di sepanjang jalan. Karena tidak ada tempat hiburan maka warga biasanya berkumpul di taman kota. Mereka bercengkerama sambil menikmati berbagai penganan yang dijual pedagang kaki-lima. Bagi pecinta mall akan menjadi siksaan kecil untuk berada di Waingapu. Lain cerita bagi pecinta fotografi traveling, pasar tradisional dengan kekhasan barang dagangannya dapat menjadi objek foto yang menarik. Namun ada satu catatan penting, cetak foto di Waingapu sangat mahal. Harga cetak foto untuk satu lembar foto 4R menggunakan printer -- bukan mesin cetak photo-lab -- adalah 7500 rupiah. Fantastis bukan?

SUDUT KOTA WAINGAPU
TAMAN KOTA
GEREJA KATOLIK
PATUNG JESUS
MASJID
BUAH SIRIH DAN BIJI PINANG
PASAR IKAN

Sayang kalau meninggalkan Sumba Timur tanpa membawa buah tangan. Satu kerajinan yang menjadi andalan Sumba Timur adalah kain tenun ikat. Kain dengan corak dan desain khas sumba timur yang  cantik. Pola yang terlukis biasanya mengandung cerita atau sejarah. Harganya memang tidak murah. selembar selendang saja dihargai 350 ribu rupiah. Harga ini sesuai dengan tingkat kerumitan pembuatannya. Benang yang digunakan berbahan murni kapas dan dipintal secara manual sehingga menjadi benang yang punya jalinan kuat, tebal serta bertekstur. Benang yang sudah dipintal lalu disusun dan dibentang pada dua batang bambu.

Tahapan berikutnya adalah proses pewarnaan. Sebelum dicelup warna ditentukan dulu pola gambarnya. Dari pola itulah tampak warna yang paling gelap sampai yang paling terang. Agar terwarnai pada satu warna saja maka bagian benang yang dikehendaki untuk tidak terwarnai harus ditutup dulu. Benang ditutup dengan cara dililit dengan daun kalita. Daun dari pohon sejenis palem ini pun tidak mudah mendapatkannya karena hanya ada di padang gurun Kambera. Proses pencelupan warnanya memakan waktu yang cukup lama, yaitu tiga bulan untuk satu warna. Bahan perwarna yang digunakan adalah bahan pewarna alami, misalnya buah dan daun mengkudu. Pewarnaan diawali dari warna yang paling gelap. Setelah satu warna, lilitan dibuka pada pola warna berikutnya. Harus berurutan dari paling gelap sampai paling terang, karena warna gelap tidak terlalu terpengaruh warna yang lebih terang.

Selesai pewarnaan barulah kain ditenun agar menjadi lembaran kain yang cantik. Total waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu lembar kain bisa samai satu setengah tahun. Rumitnya proses pembuatan itu senilai dengan harga jual yang ditawarkan. Jika membeli dari pengrajin, wisatawan dapat merasakan pengalaman menarik yaitu menyaksikan dan mencoba mempraktekkan proses pembuatannya.

Kain tenun ikat bagi masyarkat Sumbaa Timur bukan hanya sekedar penghias tubuh. Kain itu juga menjadi bahan yang wajib dipakai setiap upacara adat. Selain itu juga menjadi identitas strata sosial dan gengsi bagi pemakainya.

MACAM POLA KAIN TENUN IKAT
PEDAGANG KAIN TENUN IKAT
BAHAN PEWARNA KAIN
BUAH MENGKUDU KERING
DAUN MENGKUDU
BENANG YANG SUDAH DILILIT
LILITAN DAUN KALITA
DAUN KALITA
BENANG SELESAI DIWARNA
SUDAH DIWARNA
DITENUN
PERAJIN TENUN IKAT
THE END....
Semoga bermanfaat... Amien









3 komentar: